Rabu, 03 November 2010

Belajar karena Mengajar

Banyak alasan kenapa orang-orang mau belajar. Dari anak TK sampai anak kuliahan bahkan sampai bapak-bapak, ibu-ibu atau kakek-kakek dan nenek-nenek. Masing-masing punya alasan. Anak TK misalnya, mereka mau belajar baca dan ngitung karena mereka suka. baca dan hitung adalah sesuatu yang baru untuk mereka sehingga mereka antusias untuk lebih lancar lagi mbaca dan ngitung. Tapi ada juga anak-anak TK yang belajar calistung (baca tulis hitung) karena dipaksa mamanya. Itu yang tidak baik, belajar karena dipaksa.


Beda lagi sama anak SD, SMP dan SMA. Mereka belajar karena ingin dapet nilai bagus, naik kelas dan lulus ujian. Anak SMA tambah lagi motifnya. Mereka belajar karena punya cita-cita ngelanjutin kuliah di perguruan tinggi yang mereka impikan. Sedangkan anak kuliahan, mereka serius belajar demi IP tinggi sehingga bisa bisa dapet predikat cumlaude atau paling enggak IP nya diatas 3. Kata orang-orang kalau IP di atas 3, aman buat ngelamar kerja. Tapi menurutku enggak juga. Berapapun IP nya kalu dia ulet dan sungguh-sungguh, rizki Alloh pasti akan dia dapatkan. Yang udah nonton film 3 idiot pasti ngerti dech, untuk apa sich kita belajar. Belajar itu gak cuma demi nilai dan ijazah, ya tho?


Kalau belajar karena mengajar gimana donk? Mungkin ada yang menganggap itu positif tapi ada juga yang menganggap itu negatif. Ada yang punya pengalaman sama denganku? Salah satu motifku belajar karena aku harus mengajar. Sejak awal semester kemaren, aku ngajar di salah satu SMP IT Boarding School di kotaku. Walaupun background pendidikanku bukan bahasa Inggris, tapi karena aku suka dan ada kesempatan maka aku beranikan diri ngajar bahasa Inggris di sekolah itu. Sejak ngajar bahasa Inggris, aku semakin sering browsing materi, baca-baca buku, dengerin dan liat video atau film yang berbahasa Inggris. Porsi waktuku untuk belajar bahasa Inggris jadi nambah dan jadi tambah suka dengan bahasa Inggris. Selama 3 bulan ngajar, banyak hal-hal baru yang aku temukan yang sebelumnya aku belum tahu atau aku baru sedikit tahu. Pokoknya sejak aku ngajar bahasa Inggris aku jadi lebih banyak belajar. Nah, karena kudu nyelesein kuliah yang deadline-nya tinggal beberapa bulan ini, aku putuskan berhenti ngajar. Setelah berhenti ngajar, porsiku untuk belajar bahasa Inggris turun drastis. Ini yang gak bener, berhenti belajar karena sudah tidak ngajar.


Sebenernya tidak harus karena mengajar kita itu belajar. Kalau nunggu ngajar maka orang-orang yang tidak berkesempatan untuk ngajar dia akan malas terus untuk belajar. Tapi untuk tipe-tipe orang yang malas belajar, cara ini bisa dijadikan motivasi yang bagus untuk dia mau meningkatkan kemampuan diri. Kesannya seperti dipaksa, tapi menurutku itu suatu paksaan yang positif. Misalnya gini, ada orang yang cepat bosan kalau baca buku dan mudah sekali ngantuk. Satu buku tipis saja dibaca berulang-ulang gak selesai-selesai seminggu. Suatu saat dia dikasih amanah untuk ngisi ta'lim yang materinya diambil dari buku itu. Dia dikasih tau sehari sebelumnya. Dengan satu motivasi ngisi ta'lim, buku tipis itu yang seminggu lebih dibaca gak selesai-selesai, dalam satu malam bisa selesai bahkan dia punya resume-nya. Hhmm...ternyata motif belajar karena mengajar berlaku dalam kasus ini.


Jadi, tidak selalu belajar karena mengajar itu negatif. Justru bisa menjadi satu awalan untuk lebih semangat mendalami suatu hal. Tapi, jika kita hanya mau belajar karena dituntut harus menyampaikan, suatu saat ketika kita tidak ada tuntutan (amanah) untuk menyampaikan maka kita akan berhenti belajar. Belajarlah baik karena mengajar maupun tidak mengajar. Tidak akan ada ruginya walaupun kita belajar tanpa mengajar, minimal kita bisa amalkan untuk diri kita sendiri. Paksa diri kita untuk terus belajar dan belajar. Awalnya mungkin terpaksa, tapi ketika kita udah enjoy belajar aku yakin kesan terpaksa akan hilang sekejap. So, Never stop to learn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar