Sabtu, 09 April 2011

Teruntuk Mereka, Istri dan Calon Istri Para Pejuang Islam

Kuawali dari kisah seorang Rabi'ah ar Ra'yi. Tahukah teman siapa Rabi'ah? Beliau adalah salah seorang dari generasi terbaik, yaitu genarasi tabi'in. Beliau adalah ulama yang memiliki kedalaman ilmu, akhlak yang istimewa dan sangat menjunjung tinggi sunnah Rosul. Tahukah kalian, siapa di balik keistimewaan seorang tabi'in ini? Ya, dialah ibundah Rabi'ah, istri dari seorang pejuang Islam, yaitu Farukh.


Saat ibunda Rabi'ah sedang mengandung putra pertamanya, datanglah panggilan jihad bagi Farukh, suami tercintanya. Tanpa ragu, sang suami menyambut panggilan jihad tersebut. Sesaat sebelum berangkat ke medan jihad, sang suami berpesan agar ibunda Rabi'ah bisa menjaga dan mendidik calon putranya kelak agar menjadi seorang ulama.


Hari, pekan, bulan dan tahun pun berlalu tanpa ada kabar bagaimana kondisi sang suami. Telah syahidkah atau masih diberi umur panjang oleh Alloh. Dia selalu mengingat satu pesan sang suami yang dikatakan padanya sesaat sebelum berangkat ke medan jihad. Sungguh ketegaran seorang wanita tampak pada diri ibunda Rabi'ah. Tanpa didampingi seorang suami, dia didik putra semata wayangnya tersebut dengan metode tarbiyah yang luar biasa hingga putranya tumbuh dewasa dan menjadi seorang ulama hebat. Hingga suatu hari sang suami kembali ke rumah dan betapa bahagianya ketika tahu bahwa putranya menjadi seorang ulama.

Dari kisah tersebut, ada satu hal yang aku obrolin bersama sahabat-sahabatku siang tadi. Yaitu kehebatan seorang ibunda Rabi'ah, yang merelakan suami pergi berjihad, dalam kesendiriannya dan dengan kemandiriannya beliau mampu bertahan bahkan mampu mendidik putranya menjadi seorang ulama hebat. Begitulah ukhti seharusnya seorang ummahat. Siap ditinggalkan suami ketika suami berjuang, berdakwah, keluar rumah dalam rangka iqomatuddin dan jihad fi sabilillah. Untuk yang sudah menjadi seorang istri, siapkah ketika harus ditinggalkan suami? Untuk yang masih akhwat dan dalam masa penantian, siapkah apabila kelak ditinggalkan suami? Mari sama-sama kita persiapkan diri kita agar bisa menjadi seperti ibunda Rabi'ah.


Kalimat-kalimat berikut aku ambil dari sebuah majalah, semoga bisa menjadi pengobar semangat para ummahat maupun akhwat agar siap mendampingi suami pejuang Islam dan agar bisa memotivasi suami ketika suami lemah:
[Angkatlah kepalamu tinggi-tinggi dan katakanlah dengan lantang "sesungguhnya aku adalah seorang istri yang bersuamikan lelaki yang selalu membaktikan tenaga, waktu, pikiran, keringat dan darahnya untuk Islam. Lelaki yang ingin membuatkan istana indah untukku di janah kelak. Suamiku adalah seorang yang taat dalam beragama, selalu merendah diri dan melakukan semuanya untuk Alloh. Itulah puncak cita mulia hidup di dunia. Hidup berdamping dengannya mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan, hidup berdamping dengannya mampu mendatangkan kebahagiaan tak terlukiskan. Beliau adalah orang yang bercita-cita tinggi, dengan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tempat singgahnya. Karena kenikmatan akhirat nanti tidak akan pernah habis masanya"]



3 komentar:

  1. pernah mbaca..., tapi dimana ya?

    BalasHapus
  2. dari majalah ya?? setelah sebulan aku posting ini, ternyata majalahnya juga menerbitkan edisi online dan kisah ini ada di edisi perdana, please check http://majalahusrotuna.blogspot.com/2011/05/untuk-para-isteri-pejuang-islam.html

    BalasHapus
  3. iya....,
    bagus juga kalau ada edisi onlinenya...

    BalasHapus