Rabu, 06 Juli 2011

Berapapun Penghasilan yang Penting Barokah

Tadi selepas isya aku dimintai tolong mamahku beli pisang ke sebuah fruit stall tak jauh dari rumah. Baru aja keluar gang aku liat seorang bapak penjual dipan mendorong gerobaknya. Tampak kelelahan di wajahnya karena seharian mendorong gerobak berisi dipan berkilo-kilo meter jauhnya. Terlihat masih ada sebuah dipan yang [mungkin] belum terjual. Tiap melihat hal seperti itu ada sesak di dadaku. Pukul 8 malam bapak itu masih di jalanan, entah berangkat pukul berapa tadi padi, entah berapa rupiah yang sudah terkumpul hari ini. Di rumah [mungkin] anak istrinya sedang menantinya, sang istri [mungkin] akan bilang "Pak, beras di dapur sudah habis", anak-anaknya pun [mungkin] akan menyambutnya dengan ucapan "Pak, sebentar lagi masuk sekolah. Aku belum beli buku tulis, sepatu dan seragamku juga sudah rusak".


Rizki Alloh gak bisa kita hitung dengan hitungan matematika atau ekonomi. Dengan bermodal keyakinan bahwa rizki Alloh gak akan salah alamat, seorang bapak yang hanya bekerja sebagai penjual dipan bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya. Seorang ustadz yang dikatakan oleh istrinya sebagai pengacara [pengangguran ada aja acara] dan berputra 5 dapat memiliki rumah asri, putra-putrinya sekolah dan berprestasi, dan tetap eksis di dunia dakwah dan iqomatuddin. Istri ustadz tadi bertutur kepadaku kunci dari setiap penghasilan yang kita peroleh adalah bukan banyaknya rupiahnya tapi barokahnya. Subhanalloh....Ketika itu yang menjadi prinsip kita seberapapun rizki yang Alloh berikan pada kita insyaAlloh akan selalu cukup dan tidak merasa berkekurangan.


Sebuah perkataan Hathim Al-ashom yang sangat indah semoga semakin menambah keyakinan akan rizki Alloh dan menambah kesungguhan kita dalam beramal dan meninggalkan maksiat "Aku tahu rizkiku tidak akan diambil (dimakan) orang lain, karena itu hatikupun menjadi tentram. Aku tahu amalku tidak akan dikerjakan oleh selainku, oleh karena itu aku sibuk beramal. Akupun tahu kematian menungguku, karena itu aku mempersiapkan bekal untuk berjumpa dengan-Nya. Aku tahu Alloh selalu mengawasiku, karena itu aku malu jika Dia melihatku di atas kemaksiatan".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar