Minggu, 12 Desember 2010

Selalu Berproses dalam Tarbiyah Islamiyah

Allah menciptakan manusia bukan untuk bermain-main. Ada amanah yang mesti diembannya, yang langit, bumi dan gunung enggan mengembannya. Kembali kita merenungi terjemah Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 56. Ya, manusia memiliki kewajiban untuk beribadah hanya kepada Allah. Amanah yang besar tersebut untuk selalu beribadah pada Allah akan mampu kita realisasikan ketika kita melalui suatu tahapan dalam tarbiyah Islamiyah.

Tarbiyah merupakan suatu proses mensholihkan atau mensholihahkan diri seseorang. Ketika dia seorang wanita/muslimah/akhwat, tarbiyah akan membentuk dirinya menjadi seorang mar'atus shalihah. Tarbiyah akan mempersiapkan dirinya untuk menjadi seorang istri pendamping mujahid. Dan jauh ke depan, tarbiyah akan mempersiapkan dirinya menjadi seorang pencetak generasi mujahid. Suami mujahid dan putra putri mujahid/ah yang selalu berjuang di jalan Allah.

Proses tersebut tidaklah singkat. Untuk menuju target pertama dalam tarbiyah akhwat, yaitu menjadi seorang mar'atus shalihah butuh waktu yang tidak cukup setahun dua tahun. Kebanyakan seorang akhwat menjalani proses tersebut selama dia di bangku kuliah. Ketika dia sungguh-sungguh dan serius maka masa dia di kampus (standar 4-5 tahun) cukup untuk meraih 1 target tersebut dan bersiap untuk menuju target berikutnya dan berikutnya.

Namun dalam perjalanan tidaklah semulus yang diangankan. Seringkali proses tersebut menemui banyak kendala. Baik kendala intern maupun ekstern. Seorang akhwat yang semangatnya naik turun, terlalu sibuk dengan aktivitas di luar, tidak sungguh-sungguh dan tidak serius akan sangat menghambat perjalanan tarbiyahnya. Sehingga butuh dongkrakan-dongkrakan yang akan melahirkan sosok yang pastinya akan berbeda dengan sosok akhwat yang bisa melalui perjalanan tersebut dengan maksimal, yang dengan penuh semangat, kesungguhan dan keseriusan hingga menjadi soerang mar'atus shalihah.

Tak ada manusia sempurna. Akhwatpun tak ada yang sempurna. Berawal dari perjalanannya mengenal Islam atas bimbingan seorang "mba", kini membawanya pada perjalanan tarbiyah Islamiyah. Berawal menjadi seorang mutarobbi yang rutin mendatangi halaqoh walau tanpa menutup auratnya, hanya memakai hem dan rok sekolahnya tanpa jilbab. Ketekunan dan kesabaran sang murobbi mengantarnya pada hidayah Allah. Mantapnya dia menutup auratnya walaupun ditentang oleh orang tua. Keyakinannya lah yang membuatnya mantap. Setelah sekian tahun berlalu, saat ini dia berkata "Subhanallah, murobbiku...hidayah Allah sampai kepadaku melalui lisanmu, melalui perhatianmu, melalui engkau murobbiku. Semoga Allah membalasmu dengan yang lebih baik".

Subhanallah, awal yang indah. Indah di awal perjalanan tarbiyah itu, tidak selalu diiringi indahnya perjalanan yang mengiringi. Hukum alam pasti berlaku dalam perjalanan ini. Naik turun dan kelak-keloknya jalan harus dilalui. Seabreg permasalahan harus dihadapi dan dicari solusinya. Hingga bersisalah orang-orang pilihan (insyaAllah) yang istiqomah melanjutkan perjalanan tersebut. Kesungguhan dan keseriusannya membawanya pada sebuah amanah. Ketika dulu dia adalah seorang mutarobbi, sekarang tawaran menjadi murobbiyah ada di depannya.

"Ilmuku masih dangkal, aku masih banyak kelemahan dan kekurangan". Itu katanya. Ilmu dangkal dapat diatasi dengan terus belajar. Datangi majelis ilmu, diskusi dengan orang yang lebih faham, baca buku-buku Islam. Ilmu dangkal insyaAllah dapat teratasi. Untuk menyampaikan suatu kebaikan dan kebenaran tidak harus menunggu menjadi seorang syaikh, tapi harus punya ilmu. Setiap muslim memiliki kewajiban untuk menyampaikan. Masih melekatnya kelemahan dan kekuranganpun tidak bisa kita jadikan alasan menolak amanah menjadi murobbiyah. Perkataan Sa'id bin Jubair bisa menjadi satu alasan untuk segera menyiapkan diri menerima amanah walaupun masih melekat kelemahan dan kekurangan diri "Apabila orang tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar sampai dalam dirinya tidak ada sesuatu (hal yang tidak baik) niscaya tidak ada seorang pun yang menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar". Jadi, merasa dangkal ilmunya, masih banyak kelemahan dan kekurangan bukanlah suatu alasan menolak amanah.

Bismillah...ketika mantap menerima amanah menjadi seorang murobbiyah, maka harus segera mempersiapkan diri. 4 persiapan yang dibutuhkan, yaitu:
  1. Persiapan mental
  2. Persiapan ilmu
  3. Persiapan spiritualitas
  4. Persiapan akhlak
Niatkan ikhlas lillah, amanah ini adalah amanah yang sangat mulia. Amanah yang dulu pernah diemban oleh para nabi dan rosul. Tingkatkan kemampuan diri, terus belajar, pelihara selalu amal yaumiyah, percantik diri dengan akhlak mulia, selalu dekat dengan Allah. Janganlah merasa lemah, yakinlah bahwa kalian bisa. Berusaha perbaiki diri dan ajaklah orang lain untuk menjadi baik.
--------------------------------------------------------------------------
Selalu berproses menjadi mutorabbi dan murobbiyah
"Murobbiku...jangan bosan bimbing aku dan ingatkan aku"
"Mutarobbiku...yuk sama2 kita melangkah menuju kebaikan. adek2ku, siapkan dirimu menjadi seorang murobbiyah. adek2mu menunggumu...amanah ini menantimu..."

2 komentar:

  1. Kewajiban seorang yang mempunyai ilmu adalah mendakwahkan ilmunya dan tidak menyembunyikannya.
    Allah akan melaknat orang2 yang menyembunyikan ayat2 Allah ( QS.2 : 159 )
    Semoga kita bisa mengemban amanah dakwah ini dengan ikhlas dan sabar.
    and semoga bisa menjadi murobbi yang sukses.

    BalasHapus
  2. amin...never stop to learn
    terus belajar, beramal dan menyampaikan. insyaAllah...
    baru tahu kalo mba nama panggilannya ummu Dzakiya
    domisili mana ummu?

    BalasHapus