Selasa, 21 Juni 2011

Wanita Sholat Berjama'ah di Masjid

Beda pendapat antara anak sama orang tua pasti kerap kali terjadi. Baik perbedaan dalam hal sepela maupun hal yang prinsip. Begitu pun aku, juga kerap menjumpai perbedaan pendapat dengan ortu. Kebetulan aku tipe anak yang gak suka berdebat sama orang tua. Aku gak suka, karena adanya beda pendapat yang bisa menimbulkan perdebatan itu bikin suasana di rumah jadi gak nyaman. Secara, di rumah cuma bertiga. Kalau ada dua saja yang lagi "panas" pasti rumah sunyi senyap. Prinsipku selama perbedaan itu bukan dalam hal prinsip dan masih bisa ditolerir aku lebih memilih untuk diam dengan pendapatku asal ortu tidak memaksakan pendapatnya padaku. Pernah seorang ustadz bilang "selama kepentingan orang tua dan syariat bisa dikompromikan maka gak usah dibentur-benturkan". Kalo beneran kebentur kan malah sakit, he...emang kebentur [kejedot] pintu.


Hal kecil yang selalu saja ada perbedaan antara aku dan ortu adalah tentang hukum wanita yang sholat berjama'ah di masjid. Kebetulan masalah ini dibahas di dua majalah yang jadi langganan ortuku tiap bulannya. Di majalah Suara Muhammadiyah edisi 11, juni 2011 halaman 14-16, masalah ini dibahas dengan judul "hadits tentang keutamaan shalat bagi perempuan di rumah dan perempuan shalat berjamaah di masjid". Sedangkan di majalah ar-risalah edisi 12, juni 2011, halaman 54-55, masalah ini dibahas dengan judul "wanita shalat di rumah aman dari fitnah". Dari penjelasan majalah suara muhammadiyah terdapat dua kesimpulan: 1. jika hal yang dilarang tidak dapat dihindari maka lebih utama bagi wanita sholat di rumah. 2. jika hal yang dilarang dapat dihindari maka lebih utama bagi wanita melakukan shalat berjamaah di masjid, dan wajib bagi suami untuk mengizinkannya. Sedangkan dari penjelasan majalah ar-risalah ada 1 kesimpulan bahwa lebih utama bagi wanita untuk shalat di rumah sekalipun tidak ada larangan untuk sholat di masjid agar terhindar dari fitnah. Ibunda Aisyah pernah berkata "seandainya Nabi saw mengetahui apa yang terjadi pada kaum wanita sesudahnya, niscaya beliau melarang mereka berangkat ke masjid".

Ortuku sedari dulu hingga sekarang lebih "klik" dengan pendapat yang mengatakan lebih baik sholat berjamaah di masjid bagi wanita. Sedangkan aku lebih yakin dengan pendapat bahwa lebih utama bagi wanita sholat di rumah walaupun sendiri. Sebenernya ortuku pun paham dalil yang menyebutkan lebih baik sholat di rumah, tapi gak mudah merubah pendapat mereka. Hampir tiap hari aku disindir-sindir karena ogah-ogahan tiap diajak sholat jama'ah di masjid. Sesekali [jarang sekali] aku pun menuruti perintah mereka untuk sholat jamaah di masjid. Hhmm...mereka seneeeeng banget kalo ngeliat aku ke masjid, walopun paling 3 bulan sekali, hehe...Entah berapa bulan yang lalu aku sholat jama'ah maghrib-isya di masjid, dan petang tadi dengan tetap menjaga adab-adabnya, aku menuruti ajakan mamah untuk sholat jama'ah maghrib-isya di masjid. Beberapa adab yang kudu diperhatikan ketika wanita akan sholat berjamaah di masjid adalah:

  1. Tidak memakai wangi-wangian
  2. Tidak tabaruj atau pamer kecantikan
  3. Tidak ikhtilath atau campur baur laki-laki dan wanita
Aku tetep berpendapat lebih baik bagi wanita untuk sholat di rumah. Tapi sesekali boleh ke masjid karena memang tidak ada larangan bagi wanita untuk sholat di masjid asal memperhatikan adab-adab tadi.


Oya tadi ada kejadian yang bikin aku senyum-senyum sendiri. Waktu akan pulang dari masjid, ada seorang nenek-nenek [mbah-mbah] yang mengajak aku jabat tangan. Aku pun balas menjabat tangan beliau. Saat bersalaman, tiba-tiba beliau mengajukan sebuah pertanyaan padaku "mba..., kapan??? ampun dangu-dangu nggeh, ben simbah bisa menangi, bisa nyicipi wedange". Waduw...pertanyaan apa gerangan ini, hihihi....jadi inget umur [sudah melampaui target ternyata]. Padahal aku tuh gak kenal siapa nenek-nenek itu dan dimana rumahnya. Pulang dari masjid aku ceritain ke ortu apa yang disampaikan simbah tadi, ortuku pun tertawa. Ada-ada aja tuh simbah.

1 komentar: