Selasa, 08 Februari 2011

ah...ah...ah...Antara Dakwah, Kuliah dan Rumah

Kalo postingan sebelumnya gak cuma 3 ah tapi ah nya sampe 5, postingan kali ini ah nya cukup 3, hemat...(iklan axis mode on), yang 2 disimpen dulu buat besok (emang permen). Yap, dakwah-kuliah-rumah. 3 peran sekaligus (sebagai aktivis dakwah, mahasiswa yang masih kuliah dan sebagai anak yang punya orang tua di rumah) yang secara bersamaan melekat pada diri seorang akhwat, tidak sedikit yang keteteran dalam menjalaninya, termasuk aku. 1 peran aja seringnya belum bisa maksimal, apalagi 3 sekaligus. Tapi itu adalah pilihan, yang sebenarnya kalo kita bisa manage diri kita dengan baik, ketiga peran yang harus dilakoni seorang akhwat tidak akan keteter, bahkan antara peran 1 dengan yang lain bisa saling mendukung.
DAKWAH
Kita tahu bahwa amanah dalam menyampaikan risalah Islam adalah amanah bagi setiap muslim. Amanah dakwah tidak saja amanah seorang syaikh, kyai atau ustadz. Seorang akhwat yang telah melazimi tholabul 'ilmi, telah berusaha mengamalkan ilmu yang dia miliki, maka dia memiliki kewajiban untuk berdakwah atau menyampaikan. Sampaikanlah walau satu ayat. Sampaikan sesuatu yang telah kita fahami dan tentunya dengan berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman salafus shalih.
Seorang akhwat yang telah faham kewajiban berdakwah, pasti dia akan berusaha semaksimalkan memberikan apa yang dia miliki untuk dakwah dan menegakkan Islam. Dia bersungguh-sungguh dalam dakwahnya seperti bersungguh-sungguhnya para mujahid yang berjihad fi sabilillah. 

  1. Pengorbanan pikiran. Ketika dia harus menjadi konseptor suatu acara dauroh, kajian, bedah buku, seminar atau tabligh akbar. Pengorbanan pikirian saat dia harus menyiapkan materi, slide dan ubo rampenya ketika dia diminta harus ngisi halaqoh, menjadi pembicara dauroh atau acara-acara akhwat yang lain. 
  2. Pengorbanan tenaga. Setelah mengkonsep acara, ternyata kepanitiaan kurang pengalaman dan masih taraf belajar. So, gak cuma jadi konseptor, karena kepanitiaan yang belum bisa diandalkan, dia sendiri yang harus turun tangan. dari bikin proposal, surat-surat, lobi pembicara, cari dana, ngurus bazar, bahkan sampe mendistribusikan surat undangan dan pamflet. Dia harus kesana kemari, ngurusin ini itu. Tapi ketika acara terselenggara dengan sukses, peserta antusias, adek2 binaan halaqoh bagus perkembangannya, kelelahan-kelalahan itu menguap sesaat tergantikan dengan senyuman manis.
  3. Pengorbanan materi. Pepatah Jawa mengatakan jer basuki mawa beo. Mau sukses pasti butuh dana. Dalam dakwah pun kita butuh dana. Gak sedikit aktivis dakwah yang merogoh koceknya sendiri karena kurangnya dana dalam pelaksanaan suatu kegiatan dakwah. Dengan keyakinan bahwa pengorbanan itu pasti akan dibalas dengan yang lebih baik oleh Alloh, sebisa mungkin ketika memang dikoceknya ada rupiah tanpa berpikir panjang dia siap menginfakkan itu fisabilillah.

KULIAH
Tholabul 'ilmu itu fardhu bagi muslim laki-laki maupun wanita, termasuk akhwat. Ilmu dunia dan ilmu akhirat sama-sama harus kita miliki. Membekali diri dengan ilmu dunia juga tak kalah penting dengan membekali diri dengan ilmu din. Ketika umat Islam memiliki kelebihan dalam hal ilmu dunia, umat Islam gak akan selalu menjadi penikmat teknologi yang diciptakan orang-orang kafir. Umat Islam bisa berdiri di atas kakinya sendiri tanpa bergantung pada orang-orang kafir. Menjadi seorang akhwat tidak kemudian menjadi alasan penghambat diri menjadi seorang expert. Dokter akhwat, ahli ekonomi akhwat, ahli gizi akhwat, ahli pertanian akhwat, ahli matematika akhwat, pebisnis akhwat. Jadilah akhwat yang gak tanggung-tanggung ilmunya yang bermanfaat untuk umat. Tapi dalam mengaplikasikan ilmunya tetep memperhatikan sisi syar'i. Pokoknya saat ini kudu serius kuliah. Bismillah...setiap akan berangkat kuliah, niatkan kuliah saya untuk menjadi ridlo Alloh. Kuliah sungguh-sungguh karena itu adalah amanah orang tua. Jangan kecewakan orang tua dengan nilai-nilai jeblok. Tunjukkan ke orang tua kalo akhwat juga berprestasi secara akademik.
RUMAH
Selain kewajiban dakwah dan kuliah, sebagai seorang anak kita juga punya kewajiban untuk birrul walidain. Mendengar dan mematuhi apa-apa yang orang tua ingin selama tidak bertentangan dengan perintah Allah. Termasuk membantu mereka menyelesaikan pekerjaan rumah. Mulai cuci piring, cuci baju, setrika, nyapu, ngepel, nganter ibu ke kantor dan pekerjaan lain yang urusannya dengan rumah. Terkadang karena waktu banyak termanfaatkan untuk dakwah dan kuliah, pekerjaan rumah lah yang sering jadi korban. Berangkat pagi buta, pulang menjelang magrib dan tinggal capeknya. Kalau sekali dua kali, orang tua bisa maklum. Tapi kalo terlalu sering, mereka mulai komplain juga. Karena memang orang tua membutuhkan kita untuk membantu meringkankan pekerjaan rumah (karena tidak ada rewang).
ah...ah..ah...antara dakwah, kuliah dan rumah
Seorang akhwat yang sadar akan kewajiban dakwah, yang ingin memberikan hasil terbaik dalam hal akademik demi orang tua tercinta dan ingin tetep jadi anak yang rajin di rumah harus memutar otak supaya semua bisa berjalan seimbang. Waktu yang banyak dihabiskan untuk dakwah dan kuliah, yang sering menjadi korban adalah pekerjaan rumah. Sehingga orang tua terkadang menyalahkan aktivitas dakwah. Ketika itu yang terjadi, berarti akhwat harus bisa mengatur waktunya. Dia memaksimalkan waktu dia di rumah untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Pagi-pagi sebelum ngampus, usahakan kerjaan rumah beres. Terkadang, karena lebih enjoy dengan aktivitas dakwahnya nilai-nilai kuliah anjlog. Ketika orang tua tahu nilai kita turun karena kebanyakan kegiatan di luar, lagi-lagi orang tua menyalahkan aktivitas dakwah. Itupun sebenarnya bisa kita atur. Maksimalkan waktu kuliah untuk memahami materi, jangan malah ngantuk dan tidur di kelas, sehingga saat akan ujian setidaknya masih ada memori yang tersimpan. Gunakan "hak bolos 25%" benar-benar untuk urusan yang memang harus kita prioritaskan. Jangan karena males, kesiangan, telat, pusing atau flu sedikit kemudian begitu mudahnya kita bolos. Jangan tunda untuk mengerjakan tugas terstruktur, paper, laporan praktikum dll. Ketika ada waktu free, manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menyelesaikan urusan kuliah, jangan malah asyik nonton film, ngobrol-ngobrol gak jelas, nongkrong di warnet hanya untuk fb-an.
Intinya, harus bisa manage waktu dengan baik. Dakwah jadi prioritas, tanpa mengesampingkan kuliah dan tugas rumah. Tunjukkan pada dunia bahwa akhwat aktivis dakwah juga berprestasi di kampus dan rajin di rumah. InsyaAlloh dunia akhirat akan kita dapat.

3 komentar:

  1. dalam sebuah ceramah Syaikh abdullah Sungkar rahimahullah yg sering diulang2..
    Jadikan Profesimu di dunia adalah ISLAM.
    sementara yg lainnya adalah sambilan...
    :)

    BalasHapus
  2. yang dimaksud "jadikan profesimu di dunia adalah Islam" itu gimana ya? minta tolong jelasin donk...
    saya ngertinya "profesi kita untuk Islam", artinya apapun profesi kita niatkan untuk iqomatuddin.

    BalasHapus
  3. wah sesuai dengan mahasiswa modern

    BalasHapus