Selasa, 29 Maret 2011

Dari Mad'u Aku Belajar Banyak Hal

Mengingat sebuah materi halaqoh yang disampaikan oleh murobbiyahku saat aku masih SMA dulu, katanya seorang murobbi itu harus punya 1000 karakter. Katanya lagi, seorang murobbi harus bisa servicing by heart. Apa yang murobbiyahku sampaikan lebih dari lima tahun yang lalu, betul-betul aku renungi saat ini. Subhanallah...gak mudah ternyata menjadi kakak buat adek-adekku tercinta. Apalagi aku yang notabene anak bungsu dengan karakter yang cuek, gak peka, kurang sensitif dan sering menganggap suatu masalah itu sepele padahal gak sepele.


Aku harus bertemu mereka anak-anak kelas 1 SMA yang masih imut-imut. Satu lagi, mereka yang lagi semangat-semangatnya ngaji karena baru semester dua di kampus. Ada lagi, mereka yang lagi dibentuk untuk berlatih memegang amanah karena sebagian ada yang udah tingkat akhir di kampus. Wow...mereka sungguh berbeda. Aku yang penuh dengan kekurangan harus bisa "servicing them by heart". Dan harus memiliki 1000 karakter untuk menghadapi karakter mereka yang berbeda-beda. MasyaAlloh...ternyata tidak mudah. Doaku pada-Mu ya Rabb, agar aku selalu bersabar dalam memegang amanah ini.


Aku yang super cuek harus menghadapi mad'u yang super sensitif. Bagaikan kutub utara dan selatan pada sebuah magnet yang letaknya berlawanan. Dia yang selalu butuh perhatian dan aku yang gak peka saat dia butuh perhatian itu. Dia yang selalu membuat tiap kejadian kecil menjadi besar, aku yang suka menganggap masalah besar adalah perkara yang enteng. Subhanalloh...bukakan hati-hati kami untuk saling tafahum. Lunakkan hatiku agar aku bisa mengurangi kecuekanku, mengurangi ketidak pekaanku, menambah tingkat sensitifitasku. Bismillah...semoga bisa.

Petang tadi menjelang maghrib, aku meluncur ke sebuah kos-kosan muslimah untuk bertemu dengan adek-adekku yang masih imut-imut itu. Mereka baru kelas 1 SMA. Aku teringat 10 tahunan yang lalu saat aku berada di posisi mereka. Subhanalloh...sudah 10 tahun ternyata. Rasanya baru kemaren aku merasakan indahnya masa-masa SMA yang penuh kenangan indah saat menjalin ukhuwah dengan teman-teman akhwat saat itu. Diskusi kami petang tadi tentang beberapa panduan dalam berhias bagi seorang muslimah. Diantaranya tentang hukum memotong rambut, menyambung rambut, mencabut bulu mata, merenggangkan gigi, membuat tato, mewarnai kuku, mewarnai rambut dan menggunakan perhiasan. Mereka antusias dan banyak pertanyaan muncul seputar hal tersebut. Malah ada yang tanya di luar topik yang kami bahas. Dan aku dapet banyak PR dari mereka karena belum bisa jawab lengkap dengan dalil, hehehe...Yang banyak mereka tanya adalah seputar solat. Tapi ada juga yang nanya tentang hukum hormat kepada bendera merah putih saat upacara. Wah...untuk memberikan jawaban dari pertanyaan agar mudah dipahami bagi mereka yang baru ngaji ternyata perlu metode penyampaian yang pas agar mereka mengerti sebatas tingkat kefahaman mereka saat ini. Ini nich beberapa pertanyaan yang belum gamblang aku jawab karena aku belum yakin dengan jawabanku (maklum aku juga masih belajar...hehehe)
  1. Bolehkah mengeraskan suara saat membaca Al-Fatihah dan suratan pada solat-solat yang jahr meskipun seseorang solatnya munfarid?
  2. Dalam hadits kan disebutkan bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Punggung tangan kan tidak disebutkan dalam hadits tersebut, lalu apakah harus ditutup juga?
  3. Haruskah tangan menempel secara langsung tanpa terbatasi oleh mukena atau kerudung saat sedang sujud dalam solat?
Gak terasa 2 jam berlalu. Diskusi ringan tentang berhiasnya seorang wanita, tentang solat, sampai tentang cerita pengalamanku saat Alloh memberiku hidayah untuk menutup aurat dan perjuangannya dalam berproses hingga mampu berpakaian sesuai syar'i. Mudah-mudahan kalian bisa mengambil manfaat dari diskusi kecil kita petang tadi.


Bahan diskusiku dengan adek-adek SMA petang tadi, berbeda dengan diskusiku dengan adek-adekku yang sekarang baru semester dua di kampus. Diskusi dengan mereka sudah lebih serius. Kuawali dari pembahasan tentang manhaj salaf, diskusi mengalir membicarakan tentang sistem demokrasi, tentang bagaimana letak kekeliruan kelompok "salafy" sampai ada yang tanya tetang bagaimana hukumnya mengikuti acara wisuda.


Mereka bertanya, bertanya dan bertanya...dan aku jadi belajar, belajar dan belajar. Ternyata belajar itu gak cuma dari guru, dosen, ustadz atau tentor. Tapi justru dari mad'u ku aku belajar banyak hal. Ya Rabb, semoga kami istiqomah dalam perjalanan tarbiyah ini. Jadikan kami muslimah militan yang memiliki kekuatan untuk selalu berdakwah dan beriqomatuddin hingga akhir hayat kami. Agar semangat kami dalam berdakwah dan beriqomatuddin seperti semangatnya para mujahid yang berjuang di medan jihad. Ya Rabb, dakwah dan jihad kami adalah dalam rangka menegakkan kalimat-Mu di bumi ini. Allohu akbar !!!

2 komentar:

  1. semoga makna 1000 karakter yg dimaksud bukanlah bias menjadi standar ganda atau manusia seribu wajah..
    na'udzubillah kalau itu yg dimaksudkan.... :(

    BalasHapus
  2. yang dimaksud 1000 wajah bukan berarti bunglon lho...maksudnya, harus pandai pandai menghadapi banyak mad'u yang punya karakter berbeda-beda. pasti paham maksudnya kan...

    BalasHapus