Selasa, 15 Mei 2012

Konsekuensi IHJ for Akhwat


Setiap harokah Islam punya ghoyah yang sama dalam perjuangannya yaitu ridlo Alloh dengan memurnikan keikhlasan dan mengikuti petunjuk Rosululloh. Begitupun dalam hal hadaf, sasarannya adalah mengembalikan peribadatan manusia hanya kepada Alloh dan menegakkan khilafah. Namun dalam hal thoriq, beberapa menempuh jalan yang berbeda. Ketika kita saat ini ingin turut mengambil peran dalam menjayakan Islam kembali, maka tengoklah bagaimana dulu Rosululloh sukses menjayakan Islam. Jalan yang Rosul tempuh adalah jalan Iman, Hijroh dan Jihad. Suksesnya kita untuk meraih kejayaan Islam, tidak akan mungkin kita peroleh tanpa menempuh jalan yang pernah Rosol tempuh. So, follow Rosul's way.

Ketika kita membaca siroh Nabawi dan siroh Sahabat, kita akan tahu bagaimana beratnya Rosul dan Sahabat menanggung konsekuensi prinsip I-H-J tersebut. Bagaimana karena keimanannya Rosululloh, keluarga Yasir, Sumayyah, Bilal, Khubaib bersabar dengan siksaan orang-orang qurays yang menginginkan beliau-beliau melepas keislamanya. Bagaimana para Sahabat Muhajirin berhijrah dari Mekah ke Madinah dengan meninggalkan rumahnya, ladangnya, harta bendanya, sanak keluarganya dan semua yg berharga dalam hidupnya. Yang mereka bawa hanyalah sebongkah keimanan yang tersimpan rapat dalam dadanya serta perasaan cinta yang begitu dalam pada Alloh dan Rosulnya. Pengorbanan mereka dalam hal jihad tidak dapat diragukan lagi. Syahid adalah cita-cita tertinggi mereka. 70 kali lebih Rosul berada dalam kancah jihad bersama para Sahabat. Hingga Islam mencapai puncak kejayaan dan menguasai sepertiga dunia.

Nah sekarang ketika sudah menengok bagaimana konsekuensi yang harus Rosululloh dan Sahabat terima pada masanya dengan prinsip IHJnya. Pertanyaan muncul, sebagai akhwat yang hidup pada masa sekarang dan meyakini prinsip IHJ sebagai jalan yg mesti dtempuh untuk menjayakan Islam, apa konsekuensi yang akan akhwat jalani?

Seiring dengan kefahaman seorang akhwat, dia akan lebih dewasa memandang kehidupan. Apalagi kehidupannya kini disinari cahaya Islam. Keimanannya pada Alloh akan semakin meneguhkan dia dengan prinsipnya, meskipun akan terjadi benturan dengan orang-orang di sekitarnya. Dengan imannya dia yakin akan pertolongan Alloh atas konsekuensi yang dia tanggung. Salah satunya dia tidak akan goyah dengan pakaian syar'i nya. Dia fahami bahwa pasti dengan pakaianya, dia tak seperti perempuan pada umumnya yang bebas bergaul dan berkarir. Tapi dengan keimanannya bahwa Alloh itu Ar Razaq maka dia yakin sepenuh hati ketika dia tetep berikhtiar pasti rizki yang sudah menjadi haknya gak akan jatuh kepada yang lain meski pakaian syar'i nya menghalangi dia untuk berkarir. Banyak hal yang bisa dia lakukan untuk menggapai rizki Alloh tanpa mengorbankan pakaiannya.

Hijrohnya seorang akhwat adalah berusaha meninggalkan kebiasaan-kebiasaan jahiliyah dan mengubahnya menjadi kebiasaan-kebiasaan baik. Begitu juga perbaikan dalam hal akhlak, ibadah, muamalah, pokoknya berusaha selalu memperbaiki diri. Selain itu dia juga mesti berhijroh mencari bi'ah yang sholihah. Kalo dulunya tinggal di kos umum, maka sekarang carilah kos akhwat. Ya walaupun aku bukan produk dari kosan akhwat [karena aku orang rumahan] tapi aku bisa merasakan efek dari proses perbaikan yang akhwat-akhwat alami di kosan, karena tempat singgahku di siang hari adalah kos-kos akhwat yang teman-temanku huni. Ketika akhwat masih kuliah, gak masalah dia untuk terus berada di kosan akhwat karena kiriman bulanan dari orang tua masih rutin mengalir. Bagaimana setelah lulus? Orang tua pasti menuntut pulang. Mereka minta si akhwat untuk langsung cari pekerjaan yang "layak" dan sesuai bidangnya. Kembali akhwat dihadapkan pada pilihan-pilihan sebagai konsekuensi dari prinsip yang dia pegang. Keputusan untuk tetap berada di kosan akhwat adalah pilihan yang paling tepat meski dia harus bersitegang dengan orang tua. Dia faham ketika dia pulang, lingkungan tidak mendukung dia untuk istiqomah. Ketika dia bekerja seperti tuntutan orang tua, lingkungan kerjanya tidak akan membuatnya konsisten dengan prinsipnya. Akhwat harus memutar otak, bagaimana dia bisa mandiri tanpa meminta uang bulanan pada orang tua, bahkan kalau bisa dia kirim ke rumah beberapa rupiah sekedar meyakinkan bahwa dia sudah berpenghasilan. Sementara dia berusaha dengan aktivitas mencari maisyah, salah satu alasan dia tetap bertahan di kos akhwat adalah masih adanya amanah dakwah. Adek-adek kosan masih butuh dia di sisinya untuk membimbing. Masih banyak PR [Pekerjaan Rumah] dalam pembinaan akhwat yang belum diselesaikan. Bismillah...dengan keyakinan tetap bertahan berada pada bi'ah sholihah akan membuatnya istiqomah, pasti Alloh memudahkan. Selain itu akhwat juga kudu siap jika sewaktu-waktu pindah tugas dan mempersiapkan diri juga kalo nantinya dapet jodoh yang akan membawanya ke luar daerah, luar propinsi, luar pulau atau luar negeri. Gak banyak akhwat yang siap diajak kemanapun nanti suami ditugaskan. Kalopun akhwat siap, ternyata mengkondisikan ortu tidaklah mudah. So, prepare it from now.

Cita-cita untuk berjihad bukan hanya milik para rijal. Akhwatpun harus bercita-cita menjadi seorang mujahidah yang siap mengorbankan hidupnya untuk Islam. Terus gimana jihadnya seorang akhwat pada kondisi saat ini? Ilmui, pahami dan yakini konsep jihad yang benar. Pahamkan diri, kuatkan fisik dan siapkan mental. Kemudian sebagai bentuk realisasi dari jihad tersebut, akhwat berusaha semaksimal mungkin berkiprah dalam dunia dakwah dan iqomatuddin dengan mengorbankan tenaga, waktu, pikiran dan hartanya. Milikilah ghiroh dalam dakwah dan iqomatuddin sepertinya ghirohnya para mujahid dalam berjihad. Jangan bermalas-malasan dan amanahlah dengan tugas-tugasnya. Peliharalah ghiroh jihad dalam dada dan milikilah cita-cita untuk menjadi istri seorang mujahid dan menjadi pencetak generasi mujahid. Suatu ketika jika ada yang bertanya "siapkah jika ditinggal suami berjihad?", jawablah dengan yakin "InsyaAlloh SIAP". Konsekuensi seorang akan prinsip IHJ saat ini tak seberapa dari konsekuensi yang harus ditanggung Rosul dan Sahabat pada masa mereka. Maka istiqomahlah, pegang teguhlah dan saling menguatkan satu dengan yang lain.

Tulisan ini aku tulis terutama untuk mengingatkan diriku sendiri. Ya Robb, teguhkanlah kami selalu di jalan ini. Jadikan kami generasi Robbani yang senantiasa memiliki cita-cita syahid di jalan-Mu. Aamiin...

Published with Blogger-droid v2.0.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar