Sabtu, 04 Agustus 2012

ijo-item-coklat-biru



Sudah berapa lamakah kalian berjilbab? Kalo aku baru sekitar 10 tahun. Awal aku pake jilbab kalo gak salah tanggal 10 Februari 2002, saat aku di bangku kelas 1 SMA. Awalnya aku gak tau kalo pake jilbab itu wajib. Setelah ikut kajian-kajian keislaman mulailah aku belajar bagaimana berislam secara benar termasuk kewajiban seorang muslimah untuk menutup auratnya. Dan proses hingga aku bisa berjilbab seperti ini pun butuh proses yang tidak singkat dan tidak mudah. Butuh azzam yang kuat itu kuncinya dan organ pendengaran [kuping] kita perlu untuk tidak dimaksimalkan fungsinya [maksudnya???]. Maksudku jangan dengar omongan negatif orang terkait perubahan penampilan [jilbab] kita. Kalopun didengerkan tanggapi aja dengan santai, omongan yang gak enak gak perlu dimasukin ke hati.

Awal pakai jilbab, pakaianku masih biasa seperti belum berjilbab cuma tambah panjang dan tambah tutup kepala [belum bisa dikatakan jilbab]. Aku masih suka pakai celana jeans sama kaos oblong lengan panjang. Bahkan seragam sekolahku pun berbentuk celana longgar yang bisa disulap menjadi seperti rok kalo sletingnya ditutup. Lagi-lagi karena ikut kajian, aku sedikit demi sedikit tersadarkan. Ternyata kriteria jilbab syar'i itu bukan seperti yang selama ini aku pakai. Bahkan jauuuh sekali... Dan aku selalu memperhatikan [ngefans] pada mba-mba yang bergamis dan berjilbab lebar. Sejak awal hatiku berkata "suatu saat nanti aku akan berpakaian seperti itu".

Seiring waktu berjalan, dengan sedikit ilmu yang aku punya, akupun ingin menjadi lebih baik dalam hal berpakaian. Pelan-pelan, perubahan terjadi. Celana jeansku aku ganti dengan rok lebar. Baju osisku yang berbentuk celanapun aku ganti dengan rok betulan. Yang agak kesel dengan hal itu adalah mamahku. Karena dalam waktu beberapa bulan aku harus 3 kali jait seragam sekolah baru. Pertama seragam pendek saat belum berjilbab, kedua seragam panjang tapi model celana dan yang ketiga aku minta dibuatkan seragam panjang dengan bawahan rok. Ya walopun agak kesel, tapi buat orang tua, apa sih yang enggak buat anak. Awal kelas dua aku sudah lebih baik. Kerudung sudah sedikit lebar, kaos kaki coba aku kenakan. Saat itu karena sesama pengurus ROHIS saling menguatkan, kita jadi semakin eksis dengan jilbab kita. Sampe-sampe muncul kekhawatiran dari pihak sekolah, karena jilbab kami yang semakin lebar dan dianggap tidak sesuai aturan seragam yang ditetapkan sekolah. Tapi alhamdulillah kita tetep istiqomah hingga lulus. Bahkan di bangku kelas 3 diantara kami sudah mulai ada yang terkadang pakai gamis.

Aku sendiri mulai mengumpulkan gamis. Pakaian-pakaian mamah yang ada di almari aku pilih-pilih. Yang bentuknya gamis aku minta dan aku pakai. Saat lebaran aku pun minta dibelikan dan dijahitkan gamis bukan rok apalagi celana. Setelah lulus SMA, aku tidak langsung istiqomah mengenakan gamis. Kalau ke kampus aku masih suka pakai rok dan hem panjang. Baru setelah semester 2 aku belajar untuk selalu memakai gamis hingga sekarang.

Sempet pakai gamis bunga-bunga, gamis terang benderang hingga gamis warna-warna soft dan gelap.

Aku teringat sebuah kisah dari ibunda Aisyah. Ketika Aisyah menceritakan sebagian istri para shahabat – pada satu riwayat dikatakan ‘istri para shahabat Mujahirin’ namun pada riwayat yang lain disebutkan ‘istri para shahabat Anshor- “Semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada para istri shahabat Muhajirin. Ketika ayat tentang jilbab turun, mereka robek kain korden lalu mereka kenakan sebagai jilbab sehingga mereka seperti burung gagak”.

Dari kisah itu disebutkan para sohabiah berjilbab seperti burung gagak, artinya berwarna hitam. Kenapa hitam? Karena warna hitam tidak mencolok dan tidak mengundang perhatian [tapi juga tergantung modelnya siy, warna hitam tapi ketat n transparan malah jadinya parah]. Tapi bukan berarti mutlak dan paten harus hitam. Bukan berarti yang paling sholihah dan paling "nyalaf" harus yang hitam. Karena kesolihan dan kefahaman seseorang gak hanya terletak pada warna baju yang dia kenakan saja. Yang penting tidak mencolok dan mengundang perhatian serta tidak bertujuan untuk tabaruj, warna selain hitam bolehlah dipakai. Tentunya dengan memperhatikan kriteria syar'i yang lain seperti tidak ketak, tidak transparan, tidak seperti pakaian laki-laki dan wanita kafir, tidak memakai wewangian, dll.

Cerita panjang begini, sebenernya aku cuma pengen cerita hasil pengamatanku, yang namanya akhwat [termasuk aku], gamis dan kerudung yang sering dipakainya ya gak jauh-jauh dari 4 warna ini yaitu hijau, hitam, coklat dan biru. Kenapa aku bisa bilang begitu, karena tadi pagi waktu beres-beres kamar, aku gantungkan jilbab-jilbabku yang berserakan gak karuan dan gak sengaja terlihat kombinasi warnanya yaitu ijo-item-coklat-biru.

Ini ceritaku tentang jilbalku. Ya walopun aku juga belum berpakaian 100% syar'i [kadang masih suka geje kalo pake baju, he..] tapi aku paham bagaimana yang seharusnya dan ingin selalu berusaha memperbaiki diri.

Aku posting tulisan ini sambil aku ingat nama temen-temen SMA ku. Aku absen yach..tanti, intan, ninki, aulid, rinan, imus, wahyu, icus, rinan, mahar, linta, beti, eida, emi, umi, ryvca, intan, ade, vita, eka. Sementara itu yang masih kuingat, kalo ada yang terlewat maafkan..indahnya mengenang masa-masa bersama kalian. Tetep istiqomah dengan jilbab kita yach..

Published with Blogger-droid v2.0.1

4 komentar:

  1. Hadir!!!
    Hehehe diantara temen2 aku yg paling geje ya? Masih suka pake rok n hem sampe menjelang nikah, blm PD pake gamis *blushing

    Alhamdulillah setelah menikah, suami lbh suka aku pake gamis, jadilah skrg gamis sbg pakaian wajib setiap hari *kalo njemur baju masih suka pake rok n kaos :-)

    BalasHapus
  2. kayaknya yg lain gak hadir dech...abis gak ngerti ni posting siy...eh itu ada ada yg kelewat gak absen nya?
    gapapa kalo dulu geje..maklum masih ababil..kalo sekarang udah emak2 kagak boleh geje. kalo guwe boleh, soalnya masih mba'-mba'. he... ^_^

    BalasHapus
  3. huks.. aku masuk di-absen juga.. kangeen.. *peluk jarak jauh*

    BalasHapus
  4. miss u too sista...my hug for you from here

    BalasHapus