Senin, 16 Mei 2011

Very Exciting Trip to Banjar with My Beloved Motorbike and Beloved Friends

Belalang Tempur-ku
Pertama aku acungkan dua jempol buat belalang tempurku (bukan motornya kotaro minami lho, hehe...) yang udah bersusah payah kukendarai seharian ini dengan segala kekurangannya. Wow...subhanalloh...perjalanan ke Banjar hari ini. Perjalanan ke tiga tempat yang sungguh banyak cerita dan hikmah yang bisa aku ambil.
Dari rumah berangkat kurang persiapan., lupa bawa mantel 'n slayer, hape juga ketinggalan. Hmm lengkap sudah. Sebenernya berangkat mau pake motor papah yang [agak] lebih beres. Tapi ditungguin sampe jam 7.30 gak pulang-pulang juga dari masjid agung. Padahal aku janjian sama adek-adek jam 7. Karena gak sabar nunggu, akhirnya aku meluncur dengan belalang tempurku (gak keren banget ya namanya, padahal dulu pas sma aku pernah punya motor andalan yang jadi tulang punggung rohis kalo pas ada event, dan sama temen-temen dikasih nama motor ashabul kahfi). Sempet ragu sebenernya mau bawa motor itu. Ya memang kondisi mesinnya yang udah gak ok lagi, ban depan udah tipis, rem tangan udah gak beres ditambah rantai yang udah kendo. Wow...dengan segala kekurangannya, bismillah kuputuskan untuk tetap melaju.

Dari rumah aku meluncur ke kosan temanku. Di sana adek-adekku udah nunggu. Sebelum berangkat kita ngobrol-ngobrol dulu. Obrolannya apa, aku posting besok-besok aja ya. Jam 9 kami siap-siap berangkat. Tapi karena kudu tunggu-tungguan, kayaknya baru berangkat ke Banjar sekitar jam 10-an. Aku sebagai penunjuk jalan. Sepanjang jalan mulut tak henti berdzikir. Jalan tanjakan dan turunan motorku masih bisa melaluinya dan alhamdulillah tanpa harus nyasar bisa sampe ke Pucung Bedug sebelum duhur di tempat tujuan pertama, yaitu acara walimah salah seorang adekku. Sesampainya di sana tamu sudah agak sepi karena memang kami datang lumayan telat. Kuucapkan padanya barakollah, semoga pernikahannya diberkahi oleh Alloh. Jadi inget saat dia pamit pada temen-temennya ahad kemaren, mereka kaget, bengong dan terkejut karena memang diantara yang lain dialah yang pertama. Semoga dimanapun dia dan suami nantinya, semoga tetap semangat tholabul 'ilmi 'n tetep istiqomah untuk iqomatuddin. Be a "zaujah sholihah". Gak nyangka bakal secepat ini, padahal aku belum bisa menjadi mba yang baik untuknya. But, i'm sure that's the best for her.
Ba'da duhur kami bersiap melanjutkan perjalanan. 7 buah motor konvoi melewati tanjakan demi tanjakan. Aku ambil posisi di barisan depan. Sepertinya terdengar bunyi-bunyi yang aneh dari rantai motorku. Tapi aku tetep melaju. Tiba di tanjakan yang lumayan kemiringannya, wow...motorku gak kuat padahal udah kuturunkan ke gigi satu. Aku berhenti, diikuti beberapa motor temanku yang juga ikut berhenti mendadak karena terhalang motorku. Tapi akhirnya satu persatu mereka mendahuluiku. Kasihan teman yang aku boncengin karena harus turun dan jalan kaki dulu sampai jalanan kembali datar.

Aku melaju kembali dengan mengurangi kecepatanku tapi kok bunyi aneh dari rantai motorku terdengar lebih keras. Akhirnya aku putuskan mencari bengkel terdekat. Tak lama mencari kami menemukan sebuah bengkel. Sekitar 15 menit kami tunggu pak bengkel nya mengencangkan rantai motorku sambil ngobrol-ngobrol dengan beliau. Ternyata beliau juga dulunya tinggal di Purwokerto dan kebetulan tempat tinggalnya tak jauh dari tempat tinggalku. Beliau kaget banget waktu tahu aku kendarai motor itu dari Purwokerto, karena emang motorku sudah tidak layak untuk perjalanan jauh. Dengan kebaikannya memperbaiki rantai motorku, aku hanya diminta mengganti 2000 rupiah saja. Sebelum pulang beliau menasihatiku supaya hati-hati dan jangan ngebut. makasih ya Pak...

Saat aku mampir bengkel, teman-teman sudah jauh meninggalkan aku menuju tempat tujuan kedua. Belum sampe 5 menit aku melaju dari bengkel, hujan turun cukup deras. Tiba-tiba aku teringat rumah temanku yang bulan lalu menikah, yang rumahnya kebetulan tak jauh dari posisiku saat itu. Walaupun temenku udah balik Semarang, aku putuskan untuk mampir sambil nunggu hujan reda. Ternyata eh ternyata rumahnya kosong. Kami pun menunggu di teras rumahnya. Tak lama kemudian, seorang ibu dari rumah sebelah menghampiri kami, ternyata beliau adalah bu lik dari temanku. Kami dipersilahkan mampir dan selang beberapa saat ibu tersebut membawa dua gelas kopi hitam dan setoples peyek kacang. Hhmmm, ujan-ujan gede gini ngopi sambil ngobrol bersama beliau. Cerita demi cerita mengalir dari mulut beliau. Ternyata beliau adalah single parent. Beliau sudah ditinggal suaminya kurang lebih 20 tahun yang lalu saat anak yang pertamanya baru berumur 10 tahun. Subhanalloh, dengan keuletannya bertani dan berdagang seadanya, beliau bisa menyekolahkan ketiga anaknya, bahkan anak yang pertama sekarang sedang kuliah S1. Beliau bercerita kalau belum lama kemarin harus menyediakan uang 2 juta lebih untuk acara PKL anaknya di Jakarta. Hasil lele yang dipeliharanya belum lama kemaren juga gagal panen karena mati semua dengan kerugian jutaan rupiah. Subhanalloh...tapi tidak ada raut putus asa di mukanya. Dia pun bercerita kalo dia juga senang mengikuti atau mendengarkan kajian. Ternyata di tengah kesibukan beliau sebagai single parent 'n single fighter, beliau menyempatkan untuk mengaji. Hujan reda, kami pun berpamitan setelah menghabiskan segelas kopi panas.

Dengan kondisi motor yang tambah parah, aku gak berani ngebut. Paling melaju 50-60 km/jam. Kayaknya hampir empat kali kami berteduh karena gak bawa mantel. Temen-temen yang lain menungguku di sebuah rumah sakit. Ya, tempat tujuan kami kedua adalah salah satu rumah sakit tempat teman kami dirawat. Teman kami itu sudah sebulanan sakit. Awalnya batuk-batuk. Berminggu-minggu batuk gak sembuh juga. Akhirnya keluarga membawanya ke rumah sakit. Pekan yang lalu aku sudah nengok dia di salah satu rumah sakit Islam di Banjar. Katanya dia terkena flek. Sehari setelah aku tengok dia pekan kemaren, dia pulang ke rumah. Tapi baru dua hari di rumah, kondisi ngedrop. Akhirnya dibawa ke rumah sakit lagi. Yang membuat aku miris adalah, dia dibawa di rumah sakitnya orang nashrani yang katanya service nya lebih bagus. Di rumah sakit itu dia dinyatakan TBC sehingga cairan yang ada di paru-parunya harus dikeluarkan. Dengan selang yang dimasukkan lewat dada kanan yang sudah dilubangi, cairan bercampur darah itu keluar melalui selang. Katanya sudah lebih dari setengah liter cairan yang keluar. Nafasnya yang masih sesak juga mengharuskan dia bernafas dengan bantuan oksigen. MasyaAlloh...sungguh sehat itu mahal harganya. 

Ini pertama kalinya aku masuk rumah sakit ini. Baru masuk pintu gerbangnya saja aku sudah merasa sangat tidak nyaman. Sungguh miris melihat kondisi di sini. Rumah sakit milik orang nashrani tapi kebanyakan pasiennya adalah orang muslim. Astaghfirullohal'adzim...bahkan aku melihat beberapa ikhwan dan akhwat yang keluarganya dirawat di rumah sakit ini dan termasuk temanku ini. Entah apa yang menjadi pertimbangan mereka, orang-orang Islam yang berobat di sini. Padahal ada rumah sakit islam dan rumah sakit swasta yang lain. Sungguh aurat wanita-wanita muslimah yang harusnya dijaga, tetapi karena kondisi mereka sedang sakit, jadi terbuka tanpa jilbab. Hatiku menangis melihatnya. Aku hanya berpesan padanya agar gunakan kain untuk menutup kepalanya. Ya Alloh ampunilah dosa-dosa hambamu...Di dalam rumah sakit tersebut juga banyak pernak-pernik yang menurut kami sangat mengganggu. Temanku yang lebih dulu datang, melihat pernak-pernik yang menempel di dinding kamar temanku segera mengambilnya.

Sekitar pukul 15.30 kami keluar dari rumah sakit. 5 motor yang lain melanjutkan perjalanan pulang. Sedangkan aku dengan 3 temanku meluncur ke tempat tujuan yang ketiga di Purbalingga. Kondisi badan yang sudah bayah kuyup ditambah lagi dengan air hujan sepanjang jalan yang tak kunjung berhenti. Di Purbalingga aku nengok temenku yang baru aja melahirkan bayi cantik (subahanlloh...) yang diberi nama Najwa Nafi'ah. Dapet cerita tentang perjuangan seorang ibu yang harus mempertaruhkan nyawa demi melahirkan putri kesayangannya. Tidak seperti persalinan yang lain yang paling 2 hari bisa pulang, temenku ini sekitar seminggu baru pulang. Sabarnya dia menunggu hadirnya si buah hati, karena bukaan dua dan bukaan tiga harus menunggu 5 hari di rumah sakit. Dan harus operasi cesar karena kepala bayinya terlalu besar sedangkan pinggul uminya kecil. Subhanalloh...begitu ya perjuangan seorang ibu saat melahirkan, sampai-sampai ibu yang meninggal saat melahirkan maka dia meninggal dalam keadaan syahid. Dedek Najwa...semoga jadi anak sholihah, pintar, berbakti sama umi abi, cantik dan sehat ya... Aamiin...

Pukul lima kurang kami pamitan untuk pulang karena hari sudah mulai gelap dan masih saja diguyur hujan. Dengan kecepatan yang sedang-sedang saja kami melaju pulang lewat alun-alun purbalingga lalu padamara. Karena beda jalur aku pisah dengan temanku, aku lewat tambak sogra dan grendeng sampai akhirnya tiba di Tanjung. Tepat di depan gang tiba-tiba motorku kempes. Walaupun kempes tapi aku ucapkan alhamdulillah karena kempesnya udah sedikit lagi sampai rumah. Daripada harus ndorong motor ke rumah yang masih sekitar 200 meter, aku titipkan motor di rumah teman orang tuaku yang rumahnya di depan gang. Motor akan aku ambil besok pagi dan aku melanjutkan pulang dengan jalan kaki.

Sampai di rumah tepat pukul 18.00. Tubuh yang sudah dingin sekali, terkena air keran yang biasanya terasa dingin, air tersebut terasa hangat karena suhu tubuhku lebih dingin dari air tersebut. Tak lama setelah bersih-bersih, terdengar suara ting...ting...ting...ternyata penjual mie ayam. Hmm enaknya ujan-ujan dingin makan mie ayam. Aku pesan semangkok mie ayam dan segera aku makan mumpung masih hangat. Tak lama kemudian, mamah papah pulang dari masjid. Wah...saatnya menceritakan perjalanan seru ini pada mereka dan merekapun mendengar ceritaku dengan antusias apalagi saat kuceritakan kehebatan belalang tempurku.

Subhanalloh....banyak cerita yang aku bawa dari perjalananku hari ini. Tak hanya cerita saja, tapi pelajaran dari orang-orang yang aku temui sepanjang perjalananku ini. Mulai dari adekku yang baru saja menikah, pak bengkel yang sangat berjasa memperbaiki rantai motorku, buliknya temanku yang menyuguhku segelas kopi dan cerita perjuangannya sebagai single parent, temanku yang harus bersabar karena diuji oleh Alloh dengan penyakitnya, temanku yang baru saja melahirkan putri cantiknya. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang ada di depan mata kita.

Thanks buat pepeb yang sudah berani memboncengku. Pesenku padanya sebelum tadi kami berangkat "Peb, banyak doanya ya...biar motor ini baik-baik saja". It's a very excited trip to Banjar with my beloved motorbike and beloved friends.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar