Kamis, 04 November 2010

Dan Purwokerto pun Gerimis Abunya Merapi

Selepas sholat magrib sore kemarin, aku dan adek-adek tercintaku janjian ketemuan di salah satu kos adekku. Kami biasa ketemuan untuk saling berbagi tausiyah dan saling mengingatkan dan memotivasi. Sore kemarin aku menuju tempat kos yang telah kami sepakati menjelang maghrib sekitar setengah enam. Cuaca sore itu cerah dan tidak hujan, padahal biasanya kalau sore hujan. Setelah solat magrib berjamaah, sambil menunggu yang belum datang kami ngobrol-ngobrol. Salah satu topik yang kami obrolkan adalah merapi. Kami saling bercerita keluarga kami yang di Jogja. Keluargaku yang di Bantul alhamdulillah jauh dari Merapi dan baik-baik saja. Pak Lek saat letusan yang pertama telfon dan katanya hawanya panas dan kena hujan abu. Ternyata keluarga adek-adekku tercinta juga ada yang di Jogja. Ada yang eyangnya di Sleman dan sempet ngungsi. Ada yang masnya di radius 20 km dari Merapi tapi alhamdulillah baik-baik saja. Aku sempet cerita ke mereka "dulu pas mba masih SD pernah hujan abu lho karena Merapi meletus". Karena personil sudah lengkap kami hentikan obrolan dan kami mulai acara kami.


Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Waktu 2,5 jam terasa sangat pendek. Karena sudah larut kami mencukupkan agenda kami hari ini, walaupun masih ada yang saling murojaah hafalan. Salah satu diantara kami beranjak ke teras kosan. Sesaat dia berada di teras, dia berteriak-teriak "mba...mba...sini cepetan". Aku kira dia jatuh atau kenapa, ternyata motor kami yang kami parkir di luar kosan sudah tertutup abu. Abu siapa lagi kalau bukan abunya Merapi. Subhnallah, dan Purwokerto pun gerimis abunya Merapi. Apa yang kami obrolin baru saja tentang hujan abu yang pernah terjadi saat aku masih SD ternyata malam ini kami merasakannya.


Subhanallah, abunya Merapi bisa terbawa sang angin dari Jogja ke Purwokerto yang jaraknya ratusan kilometer. Menjadi satu bahan untuk kita renungkan, Alloh tidak hanya menegur orang-orang Jogja, Sleman, Boyolali, Klaten dan sekitarnya. Tapi, kami yang di Purwokerto pun ditegur oleh Alloh. Pada zaman Rosululloh juga pernah terjadi musibah gempa bumi, saat itu Rosululloh meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan beliau berkata "Tenanglah...belum datang saatnya bagimu". Lalu Rosul menoleh ke arah sabahat dan berkata "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian...maka jawablah (buatlah Allah ridlo kepada kalian)".


Teman, sama-sama kita bermuhasabah. Ini teguran Alloh untuk kita. Dosa dan maksiat apa yang telah kita perbuat sehingga Alloh menegur kita. Mari kita beristighfar, mohon ampun dan bertaubatlah kepada Alloh. Tinggalkan dosa dan maksiat yang selama ini masih kita lakukan. Alloh berfirman dalam Q.S. Al-A'la:14-15, "Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Rabbnya, lalu dia sembahyang." Teman, mari kita panjatkan doa yang pernah nabi Adam panjatkan kepada Alloh yang tertuang dalam Q.S. Al-A'raf:23, "Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar